Pendidikan bukan hanya soal akademik, tetapi juga bagaimana sekolah mampu membentuk karakter peduli lingkungan bagi peserta didiknya. Melansir dari https://dlhjawatimur.id/, salah satu program yang mendukung hal ini adalah Sekolah Adiwiyata.
Program ini bertujuan menciptakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Namun, dalam praktiknya, tentu ada tantangan yang perlu dihadapi. Nah, kali ini kita akan membahas tantangan dalam pelaksanaan Sekolah Adiwiyata serta solusi yang bisa dilakukan.
Tantangan dalam Pelaksanaan Sekolah Adiwiyata
Kurangnya Kesadaran Warga Sekolah
Tantangan terbesar biasanya datang dari dalam, yaitu kesadaran siswa, guru, maupun tenaga kependidikan. Tidak semua pihak memiliki kepedulian yang sama terhadap lingkungan. Ada yang masih terbiasa membuang sampah sembarangan, boros listrik, atau kurang peduli dengan kebersihan sekolah.
Keterbatasan Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung sekolah berbudaya lingkungan, dibutuhkan fasilitas seperti tempat sampah terpilah, ruang terbuka hijau, hingga media edukasi lingkungan. Sayangnya, tidak semua sekolah memiliki sarana memadai karena keterbatasan anggaran.
Budaya Sekolah yang Belum Konsisten
Membentuk budaya ramah lingkungan tidak bisa instan. Tantangannya, kebiasaan baik yang sudah dibangun kadang hanya bertahan saat ada penilaian atau lomba. Setelah itu, kepedulian terhadap lingkungan menurun lagi.
Kurangnya Dukungan dari Orang Tua dan Masyarakat
Program Adiwiyata tidak bisa berjalan maksimal bila hanya dilakukan di sekolah. Tantangan muncul saat lingkungan keluarga dan masyarakat kurang mendukung, sehingga perilaku ramah lingkungan siswa tidak berkelanjutan di luar sekolah.
Tuntutan Administrasi yang Cukup Berat
Program ini tidak hanya fokus pada kegiatan nyata, tetapi juga administrasi dan dokumen. Beberapa sekolah merasa kewalahan dalam menyusun laporan maupun bukti kegiatan yang sesuai standar penilaian.
Solusi untuk Mengatasi Tantangan Sekolah Adiwiyata
Meningkatkan Edukasi dan Kesadaran
Solusi awal tentu dengan edukasi berkelanjutan. Guru bisa memberikan contoh nyata dan melibatkan siswa dalam kegiatan lingkungan, seperti program bank sampah, menanam pohon, atau lomba kebersihan kelas.
Pemanfaatan Sarana yang Ada Secara Kreatif
Meski anggaran terbatas, sekolah bisa berinovasi. Misalnya, menggunakan barang bekas untuk media tanam, membuat kompos dari sampah organik, atau mendaur ulang botol plastik menjadi pot bunga. Kreativitas ini justru menjadi nilai lebih.
Menanamkan Kebiasaan Sehari-hari
Agar budaya lingkungan konsisten, kebiasaan baik perlu dilakukan setiap hari. Contoh sederhana: membiasakan siswa membawa botol minum sendiri, mematikan listrik setelah digunakan, atau menjaga kebersihan kelas sebelum pulang.
Menguatkan Kerjasama dengan Orang Tua dan Masyarakat
Sekolah bisa mengadakan sosialisasi kepada orang tua agar mendukung anak menerapkan gaya hidup ramah lingkungan di rumah. Selain itu, melibatkan masyarakat dalam kegiatan penghijauan juga akan memperluas dampak positif.
Membagi Tugas Administrasi secara Kolektif
Untuk mengurangi beban administrasi, sekolah bisa membentuk tim Adiwiyata yang solid. Dengan pembagian tugas yang jelas, penyusunan dokumen dan laporan akan lebih ringan dan terkelola dengan baik.
Sobat, pelaksanaan Sekolah Adiwiyata memang penuh tantangan, mulai dari kesadaran individu hingga keterbatasan fasilitas. Namun, dengan komitmen bersama, kreativitas, serta dukungan orang tua dan masyarakat, semua hambatan bisa diatasi.
Pada akhirnya, tujuan utama dari Sekolah Adiwiyata adalah membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga peduli terhadap lingkungan dan keberlanjutan bumi.
Dapatkan informasi lebih lanjut mengenai berita, manfaat, dan tips pelestarian lingkungan dengan mengakses https://dlhjawatimur.id/ sebagai laman resmi Dinas Lingkuhan Hidup Provinsi Jawa Timur. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan Sobat sebagai pembaca.
0 Komentar